Senin, 14 Mei 2012

media pembelajaran tematik

Media Pembelajaran Tematik tugas ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata kuliah “Pembelajaran Tematik ” Disusun oleh: Hidayatus sayyidah (210609080) Dosen Pengampun Nia Kurnia pr JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2012 PENDAHULUAN Media pembelajaran atau sumber belajar yang dapat di artikan dengan segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi yang digunakan sebagai wahana intuk melakukan proses perubahan tingkah laku, dan sumber bukan manusia yakni materi atau kejadian yang membangun kondisi membuat siswa-siswi mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap dan membantu siwa-siswi agar bisa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan proses belajar mengajar. Rumusan Masalah 1. Menjelaskan karakteristik media media dan sumber belajar untuk pembelajaran tematik ? 2. Menyususn lembar kegiatan siswa pada pembelajaran tematik ? 3. Membuat media pembelajaran tematik ? A. Karakteristik Media dan Sumber Pembelajaran Tematik Media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber igin diteruskan pada kepada sasaran atau penerima pesan tersebut, dan materi yang akan disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa-siswi. Sumber itu dapat berupa perangkat keras, seperti : komputer, televisi, LCD dan perangkat lunak yang digunakan pada perangkat-perangakat keras. Menurut Degeng (1993) sekurang-kurangnya ada lima cara dalam mengklarifikasi media pembelajaran untuk keperluan mendiskripsikan strategi penyampaian, yaitu :  Tingkat kecermatan representasi. Tingkat kecermatan representasi suatu media bisa diletakkan dalam suatu garis kontinum. Kontinum ini bisa bervariasi untuk suatu pembelajaran, dan akan memilki variasi kontinum yang berbeda menurut tingkat kecermatan representasinya.  Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya. Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkan oleh suatu media juga dapat dibentangkan dalam suatu kontinum, tetapi titik-titik dalam kontinum itu ditunjukkan oleh jenis media yang berbeda.  Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya. Tingkat kemampuan khusus yang dimiliki oleh media juga dapat dipakai untuk mendiskripsikan stategi penyampaian. Tiap media dapat diidentifikasikan karakteristik khusus yang dimilikinya. Karakteristik yang dimaksud adalah kemampuannya dalam menyajikan sesuatu yang tidak dapat disajikan oleh media lain. media-media yang mempunyai kemampuan khusus inilah yang amat berpengaruh dalam menetapkan strategi penyampaian. Kemampuan-kemampuan khusus ini dapat dilihat dari kemampuan kemampuan dalam menyajikan sesuatu, kemampuan simulatif, dan kemampuan kecermatan representasinya.  Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya. Tingkat pengaruh motivasional yang dimiliki suatu media juga penting artinya untuk perlawanan mendeskripsikan strategi penyampaian, namun perlu diingat bahwa pengaruh motivasional ini seringkali amat bervariasi sejalan dengan perseorangan di antara siswa-siswi. Makin dekat kesamaan karakteristik siswa-siswi dengan media yang dipakai, makin tinggi pengaruh motivasional yang ditimbulkan oleh media itu.  Tingkat biaya yang diperlukan. Tingkat biaya yang diperlukan dalam menyiapkan/membuat/membeli media juga penting untuk memdiskripsikan strategi penyampaikan. Mulai dari perancanagan sampai pada pembuatannya, kalau media itu dikembangkan sendiri. nilai suatu strategi penyampaian dapat ditaksir dari jenis dan satuan media yang dipakai. Makin tepat dan lengkap media yang dipakai, maka besar keefektifan dari strategi penyampaian. Usaha pengklasifikasian tersebut mengungkapkan bahwa karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media berbeda menururt tujuan atau maksud pengelompokannya. Bentuk interaksi antara siswa-siswi dengan media merupakan komponen penting untuk mendiskrisikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena uraian mengenai strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memberi kegiatan belajar siswa-siswi. Tersedianya media, penting sekali untuk merangsang kegiatan belajar siswa-siswi. Kehadiran guru, untuk mengarahkan kegiatan belajar, buku teks sebagai sumber informasi, komputer, VCD, televisi, dan LCD untuk menampilkan film dan media lainnya amat diperlukan merangsangkan kegaiatan belajar siswa-siswi dengan media inilah yang sebenarnya merupakan wujud nyata dari tindak belajar. Belajar terjadi dalam diri siswa-siswi ketika mereka berinteraksi dengan media, dan karena itu tanpa media,belajar tidak akan pernah terjadi Pemilihan Media dan Sumber Pembelajaran Tematik. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media meskipun caranya dapay berbeda, yaitu : - Harus ada kejelasan tentang maksud dan tujuan memilih media tersebut. - “ kedekatan “ dengan media. Media yang akan dipilih harus dikenal sifat dan ciri-cirinya. - Adanya sejumlah media yang dapat diperbandingkan, karena pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari adanya alternatif-alternatif pemecahan yang dituntut oleh tujuan. Faktor lain yang juga harus dipertimbangkan untuk memilih media adalah apakah media yang diperlukan adalah media jadi atau media yang harus dipersiapkan dan dikembangkan sendiri. untuk jenis media pemanfaatan dalam pembelajaran tematik. Sedangkan analisis sumber belajar dimaksudkan untuk mengetahui sumber-sumber belajar apa yang tersedia dan data yang digunakan untuk menyampaiakan isi pembelajaran. Hasil dari kegaiatan ini akan merupakan daftar sumber belajar yang tersedia dan siap dipakai yang dapat mendukung proses pembelajaran. Langkah ini dalam desain pembelajaran disebut dengan analisis kendala, yaitu analisis untuk mengetahui keterbatasan-keterbatasan sumber-sumber belajar, termasuk pula keterbatasan waktu dan pembiayaan. Analisis ini akan sangat bermanfaat dalam mendiskripsikan stratedgi dalam penyampaian isi pembelajaran yang optimal. Berkaitan dengan pengembangan media pembelajaran tematik, karakteristik media dan sumber pembelajaran tematik mengacu pada hal-hal sebagai berikut :  Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa-siswi baik secara individual maupuk kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaanya memerlukan berbagai sarana dan prasana belajar.  Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).  Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi dengan menggunakan berbagai media akan membantu siswa-siswi dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.  Penerapan pembelajaran tematik disekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi.  Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. B. Lembar Kegiatan Pembelajaran Tematik Pada dasarnya ada tiga bentuk kegiatan pembelajaran yaitu : 1. Pengajar sebagai fasilitator dan siswa-siswi belajar sendiri. Bentuk kegiatan pembelajaran ini disebut pula belajar mandiri (independent learning). Belajar mandiri bermakna siswa-siswi menggunakan bahan belajar yang didesign secara khusus. Bahan tersebut dipelajarinya tanpa tergantung kepada kehadiran pengajar. Pengajar tersebut bertindak sebagai fasilitator untuk mengontrol kemajuan siswa-siswi, memberi motivasi, memberi petunjuk untuk memecahkan kesulitan siswa-siswi, dan menyelenggerakan test. Disamping bisa digunakan pada sistem belajar jarak jauh, bahan belajar mandiri dapat pula digunakan dalam kelas biasa. 2. Pengajar sebagai sumber tunggal dan siswa-siswi belajar dengan darinya. Bentuk kegiatan pembelajaran yang menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal disebut pengajaran konvensional. Kegiatan pembelajaran ini berlangsung dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber bahan belajar dan sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pengajaran ini tidak menngunakan bahan pelajaran apapun, kecuali garis-garis besar yang disampaikan pada permulaan pelajaran, selam proses pengajaran. Siswa-siswi mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut dengan cara mendengarkan ceramah dari pengajar, mencatat, mengisi formulir, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar. 3. Pengajar sebagai penyaji bahan belajar yang dipilihnya/dikembangkannya. Kegiatan PBS (penyaji bahan siswa) menggunakan bahan belajar yang telah ada di lapangan. Bahan belajar itu dipilih oleh pengajar atas dasar kesesuainnya dengan strategi pembelajaran yang telah disusunnya dengan menambah atau mengurangi materi yang ada di dalam bahan belajar yang ia gunakan. Lembar kegiatan siswa-siswi (student worksheet) merupakan alat belajar siswa-siswi yang memuat berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa-siswi secara aktif. Kegiatan tersebut dapat berupa eksperimen, pengamatan, dan pengajuan pertanyaan. Oleh karena itu, lembar kegiatan siswa-siswi berkaitan dengan pilihan strategi pembelajran yang menyatu di dalam keseluruhan proses pembelajaran. Lembar kegiatan siswa-siswi dibagi dalam dua macam yaitu : (1) lembar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan, serta menemukan konsep dalam satu tema (lembar kegiatan siswa-siswi yang tidak berstruktur). (2) lembar kegiatan siswa-siswi yang dirancang untu membimbing siswa-siswi dalam suatu proses belajar mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru (membuat kegiatan siswi berstruktur). (Muslimin Ibrahim. 2008). Lembar kegiatan siswa-siswi dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa-siswi. Membantu siswa-siwi menemukan dan mengembangkan konsep, menjadi alternatif cara penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktifan siswa-siswi, serta dapat memotivasi siswa. C. Membuat Media Pembelajaran Tematik Sebelum membuat pembelajaran tematik, langkah pertama yang perlu dilakukan guru dalam membuat media adalah mencari, menemukan, dan memilih media yang memenuhi kebutuhan belajar anak, menarik minat anak, sesuai dengan perkembanagan kematangan dan pengalaman dan dengan sendirinyayang sesuai dengan subjek yang dipelajari. Oleh karena itu, prinsip utama pemilihan media harus didasarkan pada tujuan belajar yang ditentukan dengan mengingat karakteristik khusus yang ada pada kelompok belajar. Sebagai gambaran pembuatan media pembelajaran tematik, berikut ini dijelaskan naskah progam mm  Penyusunan Rancangan Untuk membuat progam media pembelajaran terlebih dahulu melakukan media itu dapat disebutkan sebagai berikut :  Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa-siswi.  Meruuskan tujuan pembelajaran dengan operasional dan khas dengan rangkaian tematik.  Merumuskan tema-tema dan butur-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapaianya tujuan .  Mengembangkan alat pengukur keberhasilan  Menulis naskah media.  Mengadakan test dan revisi.  Penulisan Naskah. Pada tahap ini, pokok-pokok materi/tema-tema yang dipersiapkan dalam pembelajaran perlu dijelasakan lebih lanjut untuk kemudian disajikan kepada siswa-sisi. Penyajian ini dapat disampaikan melalui media yang sesuai atau yang dipilih. Supaya materi pembelajaran tersebut dapat disampaikan melalui media itu, materi tesebut perlu dituangkan dalam tulisan dan atau gambar yang disebut dengan naskah program media. Pada umumnya lembaran naskah dibagi menjadi dua kolom. Kolom sebelah kiri dituliskan nama pelaku, dan jenis suara atau gambar yang harus direkam. Sedangkan kolom sebelah kana berisi narasi yang harus dibaca para pelaku, nama lagu dan suara-suara yang harus direkam. Dalam menuliskan naskah itu semua informasi yang tidak akan disuarakan(dibaca bersuara) oleh pelaku harus ditulis dengan huruf besar, sedangkan narasi dan percekapan yang akan dibaca oleh pelaku ditulis dengan huruf kecil. a. Produksi Media Naskah berguna untuk dijadikan penuntun dalam produksi, naskah adalah rancangan produksi. Dalam kegiatan produksi ini ada tiga personil yang terlibat, sutradara, kerabat kerja, dan pemain. Semua memiliki tanggung jawab yang berbeda namun semuanya menuju pada satu tujua yaitu dihasilkannya program media pembelajaran yang bermutu dengan kualitas teknis yang baik. b. Evaluasi progam media Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang telah dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak. Tujua-tujuan yang telah ditetapkan dicapai dengan efektif dan efisien. Ada dua macam bentuk penguji cobaan media yang dikenal yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. DAFTAR PUSTAKA Buku Lapis

media pembelajaran tematik

hidayatussayyidah@gmail.com

Kamis, 03 Mei 2012

hipotesis

Kelompok: 3 Didik setiawan (210609085) Hidayatus sayyidah (210609080) Kajian Pustaka Asumsi dan Hipotesis Pengertian dan Kegunaan kajian pustaka Satu hal yang sangat penting adalah melakukan penelitian adalah melakukan kajian pustaka (literatur review) baik sebelum maupun selama penelitian dilangsungkan. Keberadaan kajian pustaka adalah mutlak diperlukan untuk mengajak peneliti lebih mendalami dan menguasai pengetahun yang berkaitan erat dengan rumusan masalah atau hipotesis. Keberadaan kajian pustaka kadang-kadang dilewatkan dan laporan penelitian langsung kepada bab yang menyangkut metode atau cara meneliti. Pada kajian pustaka atau yang sering juga disebut landasan teoritis, peneliti juga sering mengajukan kerangka berpikir dan hipotesis atau pertanyaan penelitian yang jua bermanfaat untuk menentukan arah metode penelitian yang hendak digunakan dalam menguji hipotesis yang diajukan. Kebanyakan para peneliti yang cukup bertindak hati-hati selalu berusaha mengikuti langkah-langkah ini. Ketaatan mengikuti langkah-langkah ini bukan karena sekedar ingin taat pada ketentuan tetapi disebabkan karena rasa tanggung jawab yang besar agar apa yang diperoleh merupakan sesuatu yang pantas diperhitungkan sebagai sesuatu yang bermakna bagi orang banyak atas dasar tanggung jawab yang tinggi. Kegiatan penelitian selalu bertitik tolak dari pengetahuan yang sudah ada. Pada semua ilmu pengetahuan, ilmuwan selalu memulai penelitiannya dengan cara menggali apa-apa yang sudah diketemukan oleh ahli-ahli lain dan memanfaatkan penemuan-penemuan tersebut untuk kepentingan penelitiannya. Hasil penelitian yang sudah berhasil memperkaya khasanah pengetahuan yang ada biasanya dilaporkan dalam bentuk jurnal-jurnal penelitian. Ketika peneliti mulai membuat rencana penelitian ini tidak bisa menghindar dan harus mempelajari penemuan-penemuan tersebut dengan mendalami, mencermati, menelaah, dan mengidentifikasi hal-hal yang telah ada untuk mengetahui apa yang ada dan yang belum ada. Kegiatan itu biasa dikenal dengan istilah: mengkaji bahan pustaka atau hanya disingkat dengan kajian pustaka atau telaah pustaka (literature review). Untuk dapat melakukan penelitian seperti yang seharusnya, peneliti dituntut untuk menguasai sekurang-kurangnya dua hal, yakni bidang yang diteliti dengan cara-cara atau prosedur melakukan penelitian. Untuk menguasai kedua persyaratan tersebut, (calon) peneliti harus banyak membaca, mengkaji berbagai literatur. Dengan melakukan kaji literatur peneliti akan memperoleh beberapa manfaat antara lain: Peneliti akan mengetahui dengan pasti apakah permasalahan yang dipilih untuk memecahkan melalui penelitian betul-betul belum pernah diteliti oleh orang-orang terdahulu. Dengan mengadakan kajian literatur peneliti dapat mengetahui masalah-masalah lain yang mungkin ternyata lebih menarik dibandingkan dengan masalah yang telah dipilih terdahulu. Dengan mengetahui banyak hal yang tercantum di dalam literatur (dan ini merupakan yang terpenting bagi pelaksanaan penelitiannya), peneliti akan dapat lancar dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam tonggak-tonggak tertentu dari langkahnya meneliti, peneliti memang diharuskan untuk mengacu pada pengetahuan, dalil, konsep, atau ketentuan yang sudah ada. Penggunaan acuan tersebut harus dilakukan dengan menunjuk langsung pada sumber dimana bahan acuan tersebut diperoleh. Keharusan peneliti mengacu pada pengetahuan, dalil, konsep atau ketentuan yang sudah ada maka kedudukan peneliti sebagai ilmuwan menjadi mantap, kokoh, tegar, karena dalam kegiatannya tersebut ia telah bekerja dengan baik, menggunakan aturan-aturan akademik yang berlaku. Dalam segala tindakannya, seorang ilmuwan harus berani membuka diri untuk mengemukakan apa yang ia lakukan terhadap ilmu, bertindak jujur, dan sanggup mengakui kelebihan orang lain. Itulah sebabnya peneliti dalam menggunakan acuan pengetahuan, dalil, dan konsep dari penemuan orang lain tersebut, harus secara jujur menyebutkan siapa penemunya (atau siapa yang mengemukakan), tertera dalam literatur apa, halaman berapa, sumber yang diterbitkan oleh penerbit mana, tahun berapa. Dengan menyebutkan sumber pustaka secara lengkap ini dimaksudkan agar apabila ada peneliti atau orang lain ingin menelusuri lebih jauh tentang penemuan tersebut, dapat dengan mudah melakukannya. Seringkali ketika melakukan kajian pustaka diperlukan waktu yang cukup lama dan membutuhkan kesabaran penelitian. Namun demikian, kajian pustaka juga memberikan peranan yang sangat penting, seperti : Menyediakan latar belakang teoritis penelitian Memberikan kajian mendalam dari apa yang diusukan peneliti dengan kajian serupa yang telah dilakuakan peneliti lainnya, sehingga dapat membantu menemukan metodologi yang tepat. Melalui kajian pustaka peneliti dapat menunjukkan bahwa temuannya memberikan konstribusi terhadap ilmu pengetahuan. Seringkali itu kajian pustaka juga dapat membantu peneliti untuk : Memperjelas dan fokus pada permasalahan penelitian Menyusun dan memperbaiki metodologi Memperluas pengetahuan dan landasan teoritis Menghubungan dengan pengetahuan terkait. Sumber pustaka sumber adalah informasi. Dari pengertian tersebut, terlihat adanya tiga unsur pokok yang terkandung dalam pengertian perpustakaan, yaitu : Tempat mengumpulkan, meyimpan, dan memelihara koleksi bahan pustaka: Koleksi bahan pustaka itu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu: Bahan pustaka digunakan secara kontiyu oleh para pemakai: Merupakan sumber informasi; dan Merupakan suatu unit kerja. Demikian pengertian yang kita pakai tentang perpustakaan. Perkataan pustaka lebih luas maknanya dari perkataan buku, pengertian sebagai berikut : Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan, dan memlihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontiyu oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Jenis-jenis sumber pustaka a. Klasifikasi menurut bentuk Dibedakan atas: Sumber tertulis (printed materials yang biasanya disebut: dokumen): antara lain buku harian, surat kabar, majalah, buku notulen rapat, buku inventaris, ijazah, buku-buku pengetahuan, surat-surat keputusan dan lain-lain yang secara umum dapat dibedakan atas bahan-bahan yang ditulis tangan dan yang dicetak atau diterbitkan oleh penerbit, baik yang dipublikasikan secara umum maupun tidak. Sumber bahan yang tidak tertulis (non printed materials): adalah segala bentuk sumber bukan tulisan antara lain rekaman suara, benda-benda hasil peningalan purbakala (relief, manuskrip, prasasti dan sebagainya) film, slide, dan lain-lainnya. b. Klasifikasi menurut isi Dibedakan atas: Sumber Primer adalah sumber bahan atau dokumen yang dikemukakan atau digambarkan sendiri oleh orang atau pihak yang hadir pada waktu kejadian yang digambarkan tersebut berlangsung, sehingga mereka dapat dijadikan saksi. Dalam penelitian historis, kedudukan sumber primer sangat utama karena dari sumber primer inilah keaslian dan kemurnian isi sumber bahan lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan sumber sekunder. Contoh : candi borobudur, dari teori-teori para ilmuwan, dll Sumber Sekunder adalah sumber bahan kajian yang digambarkan oleh bukan orang yang yang ikut mengalami atau yang hadir pada waktu kejadian berlangsung. Contoh : produk buku-buku, skiripsi, pendapat-pendapat dari orang lain, jurnal, dll pengertian asumsi Asumsi adalah anggapan, dugaan, pikiran yang dianggap benar untuk sementara, sebelum ada kepastian. contoh: Ketika kita kuliah, kita berasumsi bahwa memiliki gelar nanti akan membuat kita lebih mudah mendapatkan kerja. (tapi belum tentu juga kan). Asumsi adalah “pengisi celah” pada data. Saya kira kita selalu dalam kondisi informasi yang tidak lengkap ketika akan mengambil keputusan. Ketidakadaan informasi lengkap ini kita tutupi dengan asumsi. Asumsi dibangun berdasarkan pengalaman dan pengetahuan kita, bukan berasal dari data. Sedangkan pengalaman atau pengetahuan dibangun terkadang tidak oleh kita sendiri, tetapi oleh orang lain yang “ditularkan” kepada kita. Jangan letakkan asumsi sejajar dengan data fakta, tetapi harus ada bobot berbeda, dan ini harus disadari bersama jika dilakukan dalam sebuah rapat untuk mengambil keputusan. pengertian dan cara, karakteristik hipotesis yang baik Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, Hal ini sejalan dengan istilah dari hipotesis itu sendiri yang berasal dari gabungan kata hipo yang berarti dibawah dan tesis yang artinya kebenaran. Artinya kebenaran yang masih berada dibawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan bukti-bukti. Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk menguji hipotesis yang diajukan, tetapi bertujuan menemukan fakta yang ada dan terjadi dilapangan. Fakta yang terjadi maksudnya riil dan objektif. Tujuan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya, perhatian peneliti tersebut terfokus hanya pada informasi atau data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis. Agar pemilihan alternatif bisa tepat, peneliti dituntut untuk hati-hati dan cermat dalam penelitiannya. Cara Membuat Hipotesis yang Baik yaitu : - Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian dan dirumuskan dengan jelas. - Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris. Menunjukkan dengan nyata adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. - Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya dan didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan. Karakteristik hipotesis yang baik Berdasarkan pendapat Yatim Rianto (1996: 16) sebenarnya nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan ”semau peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik. CIRI-CIRI Hipotesis yang baik menurut Donald Ary. et al. (dalam Arief Furchan, 1982: 126-129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) antara lain sebagai berikut. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas. Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang munkin mengenai apa yang seharusnya di jelaskan atau di terangkan. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang di harapkan ada di antara variabel- variabel. Suatu hipotosis harus memprediksi hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis juga harus dapat diuji. Hipotesis yang diajukan harus bersifat testability, artinya kemampuan untuk diuji. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin. Jenis-jenis hipotesis dan cara menguji hipotesis Ada beberapa jenis hipotesis, yaitu hipotesis yang menyatakan hubungan (korelasi) dan ada perbedaan (komparasi). Menurut klarifikasi lain ada hipotesis nol dan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, dan menurut klarifikasi lain ada hipotesis mayor dan hipotesis minor. Selengkapnya jenis dan klasifikasi hipotesis akan diuraikan sebagai dibawah ini. Hipotesis dilihat dari katagori rumusannya Menurut Yatim Riayanto (1996 : 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu (1) Hipotesis Nihil yang biasanya disingkat Ho, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contoh : tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD. (2) Hipotesis Alternatif yang biasanya disingkat Ha, yaitu hipotesis yang yang menyatakan adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Contoh : ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji Hipotesis ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu (1) Hipotesis tentang hubungan, yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu pada penelitian korasional. Hubungan antaa variabel tersebut menurut Yatim Riyanto dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) hal, yaitu sebagai berikut : Hubungan yang sifatnya sejajar tida timba balik, contoh : “hubungan antara kemampuan fisika dan kimia”. Nilai fisika mempunyai hubungan sejajar dengan nilai kimia, tetapi tidak merupakan sebab akibat dan timbal balik. Nilai fisika yang tinggi tidak menyebabkan nilai kimia yang tinggi, dan sebalknya. Keduanya memiliki hubungan mungkin disebabkan karena faktor lain, mungkin kebiasaan mereka berpikir logis (tentang ke IPA-an) sehingga mengakibatkan adanya hubungan antara keduannya. Hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik. Cotoh : “hubungan antara tingkat kekayaan, semakin tinggi tingkat kelancaran usahanya, dan sebaliknya. Hubungan yang menunjkkan pada sebab akibat, tetapi tidak sebaliknya. Contoh : hubungan antara waktu PBM dengan kejenuhan siswa. Semakin lama waktu PBM berlangsung, siswa semakin jenuh terhadap pelajaran yang disampaikan. (2) Hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan pada variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komporatif dan eksperimen. Contoh 1 : ada perbedaan prestasi belajar siswa SMA antara yang diajar dengan metode ceramah dan tanya jawab (CT) dan metode diskusi (penelitian eksperimen). Contoh 2 : ada perbedaan prestasibelajar siswa SMA antara yang berada dikota dan di desa (penelitian komparatif) Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau linkup variabel yang diuji Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, hipotesis dapat dibedakan menjadi hip otesis mayor dan minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Contoh : ada hubungan antara keadaan sosial ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA. sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor. Contoh : 1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA. 2. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA. 3. Ada Pengujian hipotesis mengenai pengujian hipotesis, bahwa untuk menguji hipotesis, peneliti perlu : Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu benar: Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau prosedur yang akan diperlukan untuk menunjukan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak: Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menjukan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak. Menurut S. Margono (1997: 194) salah satubagian yang terpenting dari statistik inferensial adalah penguji hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesisi nol, deberi notasi H, yakni pernyataan yang menunjukan kesamaan atau tidak berbeda. H:P = q. Sebagai lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif atau hipotesis kerja diberi notasi H, yang menunjukan berbeda atau tidak sama misalnya: H: P = q atau H: P > q atau P < q Prosedur memungkinkan peneliti menerima atau menolak hipotesis nol, atau menentukan apakah data sampel berbeda nyata dari hasil yang diharapakan disebut penguji hipotesis. Jika hipotesis nol ditolak artinya hipotesis alternatif diterima, sebaliknya hipotesis nol diterima berarti hipotesis alternatif ditolak. Penerimaan penolakan hipotesis nol melalui statistik pengujian t, yaitu satu variabel acak yang nilainya bergantung kepada data sampel. Ruang sampel t dibagi dua bagian yaitu daerah penerimaan dan daerah penolakan atau daerah kritis. Jika nilai statistik sampel t termasuk daerah penolakan, artinya menolak hipotesis nol dan jika nilai statistik sampel berada pada daerah penerimaan artinya penerimaan hipotesis nol. Perumusan hipotasis alternatif harus mengandung dugaan yang intelagen, karena dikembangkan dari hipotesis nol pada dasarnya dirumuskan sekedar menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara satu variabel yang lain didalam suatu masalah. Misalnya didalam hipotesis Nol dinyatakan bahwa : “ tidak terdapat perbedaan pengaruh antara variabel T_1 dengan pengaruh variabel T_2 terhadap kondisi K.” Bilamana hipotesis itu diterima berarti tidak terdapat berbedaan pengaruh antara variabel T_1 dengan pengaruh variabel T_2 terhadap kondisi K. Dengan kata lain pengaruh kedua variabel itu sama atau kondisi K itu tidak disebabkan oleh dua variabel yang berbeda atau bahkan dapat dikatakan juga bahwa antara kedua variabel itu karena tidak berbeda sebenarnya hanya ada satu varibel yang berpengaruh pada kondisi K. Sebaliknya bilamana hipotesis itu ditolak berarti harus diakui bahwa kedua varibel itu berbeda pengaruhnya satu dengan yang lain terdadap kondisi K. Dari uraian diatas jelas pula bahwa pengujian hipotesis nol hanya akan menghasilkan sesuatu, bilamana hipotesis itu ditolak. Oleh karena itulah maka dikatakan bahwa hipotesis nol pada dasarnya diuji untuk ditolak. Akan tetapi sebagaimana penolakan hipotesis tersebut dan apabila penerimaannya, pada dasarnya belum menyatakan variabel yang mana diantara kedua atau lebih variabel yang lebih efektif atau lebih kuat pengaruhnya. Untuk itulah maka diperlukan perumusan Hipotesis Alternatif dapat dilakukan dalam tiga bentuk sebagai berikut : Terdapat perbedaan antara variabel T_1 dengan variabel T_2 ( T_1 〖≠T〗_2). Akan tetapi harus diakui bahwa perumusan ini masih belum mengandung dugaan yang intelegen. Hasilnya erupa penolakan atau penerimaan hipotesis, belum menunjukkan variabel yang mana diantara dua atau lebih variabel yang paling efektif pengaruhnya. Pengaruh variabel T_1 lebih efektif daripada pengaruh variabel T_2 ( T_1>T) terhadap kondisi K. Perumusan ini apabila diterima akan menghasilkan sesuatu berupa keharusan mengakui bahwa pengaruh variabel T_1lebih efektif daripada pengaruh variabel T_2. Sebaliknya bila ditolak masih harus dipersoalkan apakah pengaruh kedua variabel itu sama atau mungkin pula pengaruh variabel T_2 yang lebih efektif daripada pengaruh varaiabel T_1. Pengaruh variabel T_1 kurang efektif daripada pengaruh variabel T_2 (T_(1 < T_2 )), terhadap kondisi K. Penerimaan hipotesis ini mengharuskan pengakuan bahwa pengaruh variabel T_1 pengaruhnya kurang afektif dibandingkan dengan pengaruh variabel T_2. Sebaliknya penolakan terhadap hiotesis ini berarti mengharuskan pengakuan bahwa pengaruh variabel T_(1 )dan T_2 mungkin sama atau mungkin pula pengaruh variabel T_2 lebih afektif daripada variabel T_1. Persoalan berikutnya yang perlu diketengahkan adalah tentang bilamana suatu hipotesis melalui analisis data secara statistika dapat dinyatakan diterima atau ditolak. Untuk menyederhanakan masalah ini akan dipergunakan simbol S sebagai hasil terakhir dari suatu perhitungan statistika yang dipergunakan dalam mengolah suatu data. Kemudian akan dipergunakan juga simbol Cr untuk menyatakan indeks tabel statistika tabel yang berbeda-beda sesuai dengan teknik atau perhitungan statistik yang dipergunakan dalam mengolah data. Dalam penentuan tingkat segnifikansi nilai S akan dibandingkan dengan indeks Cr pada tigkat kepercayaan 95% atau tngkat segnifikansi 5% atau a = 0,05, walaupun tidak mstahil bagi seorang peneliti untk mempergunakan tingkat segnifikansi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Secara singkat penolakan dan penerimaan dalam pengujian hipotesis nol dapat dinyatakan sebagai berikut : Hipotesis perhitungan statistika yang segnifikan. Hipotesis Nol (Ho) berbunyi T1 = T2 (berarti T1-T2=0) S > Cr pada a = 0,05 maka p < 0 = 0,05. Hipotesis nol ditolak, berarti T_1= T_2 adalah tidak benar. Dengan demikian yang benar adalah T1 :/= T2 penolakan ini mengandung kemungkinan kekeliruan tidak lebih dari 5% yang berarti seandainya penelitian yang sama dilakukan 20 kali maka kemungkinan hasilnya tidak menunjukkan bahwa T_1:F T_2 tetpi sebaliknya T_1= T_2 tidak akan lebih dari satu kali (5% dari 20 kali penelitian ) Hasil perhitungan statistika yang tidak segnifikan Hipotesis Nol (Ho) berbunyi T1=T2, S a = 0,05. Hipotesis nol diterima, berarti T1 = T2 adalah benar. Penerimaan ini mengandung kemungkinan kekeliruan lebih besar dari 5% yang berarti seandainya penelitian yang sama dilakukan 20 kali, maka kemungkinan hasilnya menunjukkan T_1 ≠ T_2 akan lebih dari satu kali (5% dari 20 kali penelitian). Kesimpulan Kajian pustaka adalah Penelitian suatu proses mencari untuk pemecahan masalah sumber adalah informasi. Dari pengertian tersebut, terlihat adanya tiga unsur pokok yang terkandung dalam pengertian perpustakaan, yaitu : Tempat mengumpulkan, meyimpan, dan memlihara koleksi bahan pustaka. Jenis-jenis sumber pustaka ada dua yaitu klarifikasi menurut bentuk dan klarifikasi menurut isi. Asumsi adalah anggapan: dugaan: pikiran yang dianggap benar untuk sementara, sebelum ada kepastian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Cara membuat hipotesis yang baik ada tiga yaitu : (1) Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian dan dirumuskan dengan jelas. (2) Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris. (3) Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat dibandingkan dengan hipotesis rivalnya. Karakteristik hipotesis yang baik yaitu menurut pendapat Yatim Rianto (1996: 16) sebenarnya nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan ”semau peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik. Ada beberapa jenis hipotesis, yaitu hipotesis yang menyatakan hubungan (korelasi) dan ada perbedaan (komparasi). Menurut klarifikasi lain ada hipotesis nol dan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja, dan menurut klarifikasi lain ada hipotesis mayor dan hipotesis minor. mengenai pengujian hipotesis Menurut S. Margono (1997: 194) salah satubagian yang terpenting dari statistik inferensial adalah penguji hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah hipotesisi nol, deberi notasi H, yakni pernyataan yang menunjukan kesamaan atau tidak berbeda. H:P = q. Daftar Pustaka http://blog.tp.ac.id/tag/pengertian-sumber-pustaka#ixzz1oDPtGk6i http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/kajian-pustaka.html#ixzz1oDPAunQL http://www.infogigi.com/Menentukan-asumsi-merupakan-kunci-perhitungan-proyeksi-penduduk..html http://hidayatno.wordpress.com/2010/10/04/ciri-ciri-berpikir-sistem-sadari-bahwa-asumsi-adalah-asumsi-bukan-fakta http://pendidikan.infogue.com/pengertian_hipotesis Riyanto, Yatim. 1996. Metodologi penelitian pendidikan suatu tinjauan dasar. Surabaya : SIC http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2117155-definisi-hipotesis/#ixzz1oDF2XiIv Zuhriah, Nurul. 2005. Metodologi penelitian sosial dan pendidikan. Jakarta : PT, Bumi Aksara. Nawawi, Hadari. 2007. Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sukardi. 2003. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Widi, Karka restu. 2010. Asas Metodologi penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu.